Selasa, 29 Juli 2008

KEBANGKITAN NEGARA-NEGARA AMERIKA LATIN MENANGKAL PENGARUH AMERIKA SERIKAT (gafur djali)





Hegemoni AS [1]
Dibandingkan era-era tahun sebelumnya (pasca Perang Dunia II), terjadi perubahan yang mendasar dalam pemerintahan AS, terutama kebijakan luar negeri. Di era 50-an hingga 90-an, komunis menjadi musuh utama AS. Sebagai akibatnya, AS harus bertempur di beberapa front: Perang Korea (1950-1953), Invansi Teluk Babi Kuba (1961), Krisis Rudal Soviet di Kuba (Oktober 1962), Perang Vietnam (1968-1975), dan Invasi Grenada (1983). Di samping, itu, AS harus memberikan bantuan kepada “our local friend”: Mujahidin di Afghanistan (1979-1997), Jenderal Pinochet yang mengkudeta presiden Chili berhaluan kiri, Salvador Allende (1973), rezim Jenderal Jorge Rafael Videla yang bertahan dari upaya kudeta oposisi kiri Argentina dalam “Dirty War” (1976-1983), pemberontak UNITA dan FNLA melawan rezim Marxis Angola (pertengahan 70-an hingga akhir 2002), monarki Nepal melawan kaum Maoist (1994), gerilyawan Kontra di Nikaragua (1983-1988), dan rezim-rezim kawasan segitiga Amerika Latin: El Salvador, Guetemala, dan Honduras.
Memasuki milenium baru, terjadi tranformasi paradigma kebijakan luar negeri AS; anti terorisme-sentris menggeser anti komunisme-sentris. Komunisme bukan lagi menjadi momok yang menakutkan. Uni Soviet telah lama hancur di tahun 1991. Beberapa negara eks komunis di Eropa Timur sudah menjadi anggota NATO (Hongaria, Polandia, dan Republik Czech). Beberapa negara eks komunis lainnya diperkirakan segera menyusul. Di Asia Tengah, negara eks komunis malah menjadi sekutu terdekat AS dalam “global war on terrorism” (GWOT), seperti Ukraina, Uzbekistan, dan Kyrgystan.
China memang masih komunis, tetapi bukan itu yang ditakutkan. Analisis futuristik (tahun 2020) yang dikeluarkan CIA memprediksikan China (bersama India) akan menjadi kekuatan utama masa depan (new major global player) yang mampu menandingi kekuatan AS (National Intellegence Council, Mapping the Global Future, cia.gov, Desember 2004). Bukan karena ideologi komunis Mao, melainkan karena China memiliki apa yang disebut sebagai 4 faktor penyokong global power (kekuatan dunia): produk domestik bruto (PDB), populasi, anggaran pertahanan, dan inovasi teknologi (Gregory F. Treverton dan Seth G Jones, Measuring National Power, rand.org). Populasi China mencapai 1,299 miliar jiwa (CIA The World Fact Book 2005, cia.gov, 10/02/2005). Produk domestik bruto China mencapai 6,436 miliar dolar (2004) dan diperkirakan akan menjadi 25,155 miliar dolar di tahun 2025, sementara China pada 2004 telah mengeluarkan 65,2 miliar dolar untuk memperkuat pertahanannya (Newsweek, Februari 2005).
Hegemoni AS di Amerika Latin
Perkembangan situasi di Amerika Latin akhir-akhir ini makin menarik perhatian banyak orang di berbagai negeri di dunia, bukan saja karena terpilihnya mantan tapol perempuan (Michelle Bachelet) menjadi presiden terpilih di Cili, atau terpilihnya pemimpin gerakan petani suku Indian (Evo Morales) di Bolivia sebagai presiden yang anti-Amerika, tetapi juga karena aksi-aksi politik yang revolusioner presiden Venezuela, Hugo Chavez.
Sementara itu, Fidel Castro semakin tua. Kepemimpinan “one man show” di Kuba memberikan peluang munculnya situasi yang berbeda jika suatu saat Castro meninggal dunia. Di sisi lain, Kuba yang memiliki penduduk 11,3 juta ini bukan negara penentu di Amerika Latin. Terbukti, Castro kini bergandengan tangan dengan Hugo Chavez (Venezuela) menggalang resistensi anti AS. Amerika menilai wilayah Amerika Latin sangatlah strategis di tinjau dari segi ekonomi maupun keamanan. Di bidang ekonomi, posisi Negara-negara Amerika Latin sangat penting karena merupakan salah satu angota OPEC yaitu produsen serta eksportir minyak terbesar nomor lima di dunia dengan kapasitas ekspor mencapai 3 juta barel per hari. Dalam bidang keamanan AS menilai posisi Amerika Latin sebagai ancaman terbesar karena letak geografis yang dekat dan perkembangan militer cukup signifikan di masing-masing Negara.
Melihat beberapa situasi real yang sedang berlaku di Amerika latin mulai dari sikap kurang bersahabat para pemimpin Amerika Latin, kebijakan nasional yang merugikan AS, limpahan kekayaan minyak dan potensi ancaman keamanan maka AS dengan segala cara dan kemampuannya melakukan suatu upaya agar hegemoninya di kawasan ini tidak hilang sehingga menguntungkan AS itu sendiri. Maka munculah tekanan-tekanan dari AS yang di tujukan oleh beberapa pemimpin yang kurang bersahabat (kastro, Chavez, morales dll) baik berupa tekanan politik, ekonomi bahkan intimidasi keamanan. Dalam kondisi tertekan oleh AS Negara-negara Amerika latin justru bangkit melawan mengerahkan segala kemampuna dan potensi nasional maupun regional untuk membendung serangan AS tersebut, maka di mulailah satu babak baru perlawanan Negara-negaraamerika latin dalam menentang hegemoni AS.
Kebangkitan Amerika Latin [2]
Amerika Latin bangkit melakukan konsolidasi nasional maupun regional untuk membendung tekanan dan hegamoni AS di kawasan tersebut. Terdapat beberapa langkah progresif yang dilakukan antara lain dengan kampanye sosialisme abad -21, gelombang gerakan social, pembentukan bank selatan, optimalisasi dan nasionalisasi sumber minyak. Langkah ini ternyata cukup efektif untuk membendung bahkan menghilangkan pamor AS di Amerika Latin.
Gelombang Gerakan Sosial di Amerika Latin [3]
Tidak bisa dipungkiri, apa yang terjadi di Amerika Latin saat ini, sebagian besar merupakan hasil dari proses panjang gelombang gerakan sosial yang marak tumbuh dan berkembang di banyak tempat di wilayah ini. Kehadiran mereka, baik secara kultural maupun struktural, merupakan reaksi dan sekaligus bagian dari sikap politik mereka terhadap berbagai bentuk represi, ketidakadilan, dan kemiskinan yang berasal dari pemerintah, modal asing, dan tekanan eksternal lainnya.
Secara gamblang, jika kita mengutip James Petras, seorang akademisi dan aktivis yang banyak membantu masyarakat tanpa tanah di Brazil, ada tiga gelombang gerakan sosial yang saling tumpang tindih dan berkaitan dalam 25 tahun belakangan ini. Gelombang yang pertama, secara gampangnya, muncul pada akhir 1970an hingga pertengahan 1980an. Pada umumnya, gerakan ini yang kemudian dikenal sebagai “gerakan sosial baru” (the new social movements), terdiri dari aliansi kekuatan sosial seperti kalangan aktivis hak asasi manusia, lingkungan, feminis, etnis dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat (NGOs). Kepemimpinan mereka umumnya berasal kelas menengah-bawah profesional, dimana strategi dan kebijakan mereka berkisar pada upaya perlawanan terhadap kekuasaan otoritarian militer dan sipil, yang telah banyak memakan korban jiwa. Orang terbunuh, diculik atau dihilangkan secara paksa, disiksa dan dipenjara dengan alasan Keamanan Nasional, adalah hari-hari yang paling “hitam” yang dihadapi masyarakat pada umumnya dalam perjalanan politik Amerika Latin.
Gelombang kedua, yang berkembang menjadi kekuatan politik yang signifikan, berawal dari pertengahan 1980an hingga saat ini. Sebagian besar gerakan ini dipimpin dan terdiri dari petani dan buruh tani, di mana organisasi massanya terlibat dalam aksi-aksi langsung, dalam upayanya mempromosikan dan melindungi kepentingan-kepentingan ekonomi dari pendukungnya. Yang paling menonjol dari gerakan ini gerakan Zapatista (Ejércite Zapatista de Liberación Nacional - ZLN) di Meksiko, Gerakan Pekerja Pedesaan Tak Bertanah (Movimento dos Trabalhadores Rurais Sem Terra - MST), gerakan petani koka masyarakat Indian (Cocaleros) di Bolivia, Federasi Petani Nasional (National Peasant Federation) di Paraguay, Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (Revolutionary Armed Forces of Colombia - FARC) di Kolombia, dan gerakan petani Indian yang tergabung dalam Konfederasi Kebangsaan Masyarakat Adat Ekuador (CONAIE) di Ekuador.
Gerakan ketiga, yang merupakan gelombang gerakan sosial yang lebih baru, berpusat wilayah-wilayah urban. Di sini, termasuk gerakan massa pekerja pengangguran berbasis barrio (komunitas) di Argentina, kalangan pegangguran dan kaum miskin di Republik Dominika, dan penduduk yang bermukim di rumah-rumah gubuk yang menaruh harapannya di belakang bendera populis yang diusung oleh Hugo Chavez, presiden Venezulea. Lain daripada itu, ada gerakan urban yang tampilannya adalah new multi-sectorial movements (gerakan multisektoral baru) yang melibatkan perjuangan massa yang mengintegrasikan buruh tani dan petani bertanah menengah dan kecil yang berkembang di Kolombia, Meksiko, Brazil, and Paraguay.
Meledaknya gerakan kelas buruh dan petani di banyak negara di wilayah Amerika Latin sepuluh tahun belakangan ini dalam memperjuangkan masalah tanah dan kekuasaan politik, telah membatalkan keyakinan mereka yang berasal dari tradisi marxis ortodoks maupun liberal. Kalangan akademisi, khususnya kebanyakan ekonom maupun ilmuwan politik, yang menyakini bahwa liberalisme ekonomi dan politik pada akhirnya akan mengakhiri perjuangan ideologi massa, ternyata menguap dengan kemunculan Zapatistas, FARC, dan CONAIE. Kita mencatat, gerakan-gerakan ini memiliki majelis masyarakat yang terorganisir dalam peran dan posisi mereka untuk menentang kekuasaan yang tiran, korup, dan reaksioner. Mereka sendiri pada saat bersamaan, juga aktif terus menerus mengartikan dan memperluas suatu bentuk demokrasi langsung yang lebih subsrtantif. Sentralitas aksi-aksi langsung yang dilakukan oleh berbagai gerakan ini menampar pusat jantung eksploitasi kapitalis, yang seringkali aksi-aksi tersebut melumpuhkan produksi dan sirkulasi produksi yang sangat penting bagi reproduksi rejim neoliberal.

Sosialisme Abad – 21 [4]
Salah satu dari berbagai pertanda tentang pentingnya perkembangan di Amerika Latin dapat dilihat dari diselenggarakannya Forum Sosial Sedunia yang diadakan di Caracas antara tanggal 24 Januari sampai 29 Januari 2006, yang dihadiri oleh lebih dari 70. 000 orang dari berbagai negeri di dunia dan sekitar 5000 pekerja pers internasional dan media massa lainnya. Ribuan wakil atau delegasi LSM dari banyak negeri di dunia telah hadir dalam pertemuan besar ini. Forum Sosial Sedunia di Caracas ini, yang merupakan Forum Sedunia yang ke-6, sebagai kelanjutan yang diadakan di Porto Allegre (Brasilia) dalam tahun 2001 dan yang terakhir di Bamako (Mali) telah menunjukkan corak politik anti-neo liberalisme dan anti-AS yang lebih menonjol dari pada yang sudah-sudah. Forum Sosial Sedunia di Caracas diliputi oleh suasana “kemenangan kiri” di benua Amerika Latin. Selama dilangsungkan Forum banyak dibicarakan orang tentang Kuba, Venezuela, Bolivia, Cili, Argentina, dan perkembangan di Peru atau Meksiko.

Minyak Sebagai Kekuatan [5]
Berbagai kalangan dalam industri minyak memperkirakan bahwa Venezuela menguasai simpanan minyak sampai 1,3 triliun barrel. Jumlah ini sama dengan seluruh jumlah persediaan minyak seluruh dunia. Presiden Hugo Chavez mengatakan bahwa Venezuela memiliki sumber minyak yang terbesar di dunia yang baru bisa habis 100 tahun lagi. Walaupun data resmi OPEC 2005 menunjukan cadangan terbukti minyak negara ini hanya kira-kira 80 milyar barel, -bandingkan dengan Arab Saudi 284 milyar barel, Iran 136 milyar barel, AS hanya 21 milyar barel, namun ini adalah lebih 70 persen dari cadangan keseluruhan Amerika Latin
Hugo Chavez akan minta kepada sidang OPEC di bulan Juni yang akan datang, untuk mengukuhkan secara resmi bahwa persediaan minyak Venezuela sekarang ini sudah lebih besar dari pada Saudi Arabia. Kedudukan Venezuela dalam OPEC makin kelihatan menonjol, karena keberanian pemerintahnya mengambil tindakan-tindakan untuk melindungi kepentingan nasionalnya dan melawan maskapai-maskapai internasional. Venezuela mengadakan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan minyak negara di Tiongkok (dengan CNPC), India (dengan ONGC), dan Iran (dengan Petropars).
Berbagai kalangan memperkirakan bahwa setiap harinya sekitar $200 juta hasil minyak masuk ke kas negara Venezuela, dan lebih dari separonya datang dari pasaran Amerika Serikat. Saat ini 74,6 persen kebutuhan minyak USA sebagian besar diimpor dari Kanada, Meksiko, Arab Saudi, Venezuela, dan Nigeria. Kelihatannya, dalam menghadapi persoalan minyak dari Venezuela ini Washington dalam posisi terjepit. Karena kebutuhan minyak besar sekali maka AS tepaksa harus mengimpor banyak minyak dari Venezuela sampai bermilyar-milyar dollar, meskipun permusuhan antara Venezuela dan Washington makin meruncing. Washington tidak senang dengan pemerintahan Hugo Chavez, yang selain memusuhi AS terang-terangan dan dengan sikap keras, juga dianggap penyebar ketidak-stabilan di benua Amerika Latin. Dengan melimpahnya uang dari minyak, pemerintahan Hugo Chavez bisa menjual minyak dengan harga murah untuk Ekuador dan negara-negara kecil di Karibia, bahkan sampai jugamenolong orang-orang yang tidak mampu di AS.
Washington menuduh Hugo Chavez “membeli” pengaruh di banyak negeri, dengan uang yang didapat dari minyak. Tindakan-tindakan pemerintahan Hugo Chavez dalam memaksa begitu banyak maskapai-maskapai besar multinasional di bidang minyak untuk mematuhi peninjauan kembali kontrak-kontrak ini -dan bahkan sampai mensita 2 di antaranya -telah merupakan kejadian penting sekali dan cukup “mengagetkan” dalam dunia bisnis internasional. Dalam rangka perjuangan rakyat berbagai negeri melawan neo-liberalisme dan globalisasi, dimana perusahaan-perusahaan raksasa multinasional juga memainkan peran besar, maka apa yang terjadi di Venezuela memberikan semangat atau inspirasi bagi banyak orang. Dapat diduga bahwa menghadapi kekuasaan yang begitu berani dari pemerintahan Hugo Chavez, perusahaan-perusahaan raksasa multinasional bersama berbagai pemerintahan (terutama AS) tidak akan tinggal diam dan membiarkan pemerintahan Hugo Chavez terus-menerus melakukan politik yang merugikan kepentingan mereka. Berbagai sumber memberikan informasi bahwa Amerikat Serikat sedang terus berusaha mengisolasi Venezuela, yang sekarang dianggap lebih berbahaya dari pada Kuba. Menteri Luarnegeri Venezuela mengatakan bahwa serangan AS terhadap Venezuela bisa saja terjadi setiap waktu, dan gejala-gejalanya sudah nampak dengan lebih jelas (mengenai hal ini akan ada tulisan tersendiri). Tetapi, serangan AS terhadap Venezuela akan membawa akibat buruk yang besar sekali, bagi hubungan AS dengan berbagai negara Amerika Latin, dan juga di benua lainnya. Di samping itu supply minyak sebesar 1,5 juta barrel per hari untuk pasaran AS akan terputus, sehingga akan menimbulkan kesulitan-kesulitan transport dan ekonomi yang tidak ada taranya bagi AS. Presiden Hugo Chavez meramalkan bahwa harga minyak akan bisa membubung sampai $150-$200 per barrel, kalau Venezuela diserang AS.
Memang, cepat atau lambat, mungkin sekali AS akan bertindak terhadap pemerintahan Hugo Chavez, yang sudah dianggap “keterlaluan” dalam sikapnya yang menghina Bush beserta pembesar pembesar AS lainnya dan membahayakan lebh lanjut pengaruh AS di berbagai negeri. Kalau ini terjadi, maka situasi dunia bisa menjadi geger, dan sulit dibayangkan apa saja yang akan menjadi buntutnya
Bank Of The South [6]
Chavez dan Kirchner adalah dua tokoh Amerika Latin yang memulai inisiatif pendirian bank regional pada tahun 2006 lalu. Mereka berharap pembentukan bank tersebut akan membantu kawasan tidak didikte Bank Dunia dan IMF. Mereka mengatakan, kawasan ingin menghindari dampak negatif dari keberadaan Bank Dunia dan IMF dengan resep-resep neokolonialisme berbalutkan ekonomi pasar. Sebelumnya, Chavez mengecam IMF. "Lembaga IMF adalah sebuah kutukan bagi kawasan," kata Chavez. Ia juga mengecam IMF dengan kebijakannya yang mengejutkan secara politik, yang kemudian terbukti menyebabkan kemiskinan, kelaparan, dan kekerasan bagi rakyat Amerika Latin. Presiden Lula dari Brasil mengatakan, Bank Selatan akan membiayai proyek infrastruktur, sains, dan teknologi, serta akan memberi sebuah kekuatan yang akan menghasilkan keseimbangan di kawasan. Presiden Correa dari Ekuador mengatakan, Bank Selatan akan membantu Amerika Latin melepaskan diri dari jerat keuangan yang dipasang Bank Dunia dan IMF. Menurut Correa Ini adalah sebuah langkah besar menuju integrasi Amerika Latin. Kami memiliki masa lalu yang sama, kini kami sedang menuju masa depan di dalam kebersamaan.
Presiden Morales dari Bolivia mengatakan, Bank Selatan akan membantu kawasan mengembangkan mata uang sendiri. Hal ini juga menjadi alat untuk menolak tekanan Barat lewat pinjaman yang mereka kucurkan. IMF dan Bank Dunia menuntut swastanisasi perusahaan milik negara sebagai imbalan dari kucuran pinjaman. Enam presiden Amerika Selatan menandatangani dokumen-dokumen pembentukan Bank Selatan (Bank of the South) di Buenos Aires, yang dimaksudkan sebagai lembaga keuangan alternatif di kawasan tersebut bagi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.
Presiden Nestor Kirchner dari Argentina - yang berakhir masa jabatannya Senin -, Presiden Brazilia Lula da Silva, Presiden Ekuador Rafael Correa, Presiden Paraguay Nicanor Duarte Frutos dan Presiden Venezuela Hugo Chavez membubuhkan tandatangannya pada acara itu. Kawasan ingin memberi jawaban dan sekaligus sikap ke pada Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa mereka bisa hidup tanpa dua lembaga keuangan internasional. Bank Selatan akan mulai beroperasi pada tahun 2008 dengan modal awal 7 miliar dollar AS. Markas Bank Selatan ada di Caracas, Venezuela, tetapi memiliki kantor perwakilan di Buenos Aires dan La Paz. Para menteri perekonomian dari negara anggota akan berdiskusi selama 60 hari untuk menyusun kegiatan operasional. Sebagian besar modal Bank Selatan dibiayai Venezuela dan Brasil. Argentina menyuntikkan dana sebesar 800 juta dollar AS.
Kesimpulan
Amerika Latin telah memberikan pelajaran berharga bahwa kekuatan dan kemauan untuk hidup mandiri serta lepas dari tekanan Negara lain merupakan upaya luhur uang harus di laksanakan. Sekarang telah terbukti bahwa AS bukanlah dewa penolong namun hidup gotongroyong kekuatan kawasa (regional) merupakan kekuatan utama menuju suatu masyarakat yang berdikari.
Daftar pustaka ;
[1] www.kainsa.com Di akses 30-mei-2008, Wawan Kurniawan, Pendiri Kajian Internasional Strategis (KAINSA) 17-agst-07.
[2] http://perso.club-internet.fr/kontak) Di akses 30-mei-2008 “PRESIDEN VENEZUELA HUGO CHAVEZ MENGANJURKAN PEREBUTAN KEKUASAAN UNTUK SOSIALISME ABAD KE-21” A. Umar Said.
[3] www.Indoprogres.com , Di akses 30-mei-2008, Amerika Latin bergerak ke “Kiri?” Nur Iman Subono.
[4] www.Indoprogres.com , Di akses 30-mei-2008, “Sosialisme abad-21” A. Umar Said.
[5] The Institute Of Technology of Islamic Students University “PELAJARAN DARI VENEZUELA” di akses 30-mei-08.
[6] www.kapanlagi.com , Di akses 30-mei-2008, Senin, 10 Desember 2007 22:15 ‘Enam Presiden Amerika Selatan Bentuk 'Bank Of The South'

Tidak ada komentar: